
Di tengah gemerlapnya dunia pendidikan modern, tekanan akademis kian menjadi momok yang diam-diam membayangi banyak pelajar dan mahasiswa. Persaingan yang ketat, ekspektasi tinggi, serta tuntutan untuk selalu berprestasi seringkali membuat generasi muda terjebak dalam pusaran stres. Tekanan akademis bukan sekadar “capek belajar”, melainkan bentuk tekanan psikologis yang nyata dan berdampak pada kesehatan mental maupun fisik.
Menurut data Kementerian Kesehatan RI (2024), sekitar 17,6% pelajar dan mahasiswa di Indonesia menunjukkan gejala gangguan mental ringan hingga sedang akibat stres akademis. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2020 yang masih berada di kisaran 12%. Fenomena ini menunjukkan bahwa tekanan akademis kini menjadi isu serius yang perlu ditangani dengan pendekatan holistik.
Mengapa Tekanan Akademis Meningkat?
Ada beberapa faktor yang berperan dalam meningkatnya tekanan akademis:
-
Persaingan Akademis yang Ketat
Dunia pendidikan saat ini sangat kompetitif. Nilai, ranking, dan prestasi menjadi tolok ukur utama kesuksesan, sehingga banyak siswa merasa harus “selalu lebih baik” dari yang lain. -
Ekspektasi Orang Tua dan Lingkungan
Dorongan dari keluarga untuk mencapai standar tertentu seringkali tidak disertai dengan dukungan emosional yang memadai. Akibatnya, anak merasa gagal jika tidak memenuhi ekspektasi tersebut. -
Tekanan Sosial Media
Media sosial menambah tekanan baru—membandingkan diri dengan teman yang terlihat “berhasil” membuat remaja merasa kurang berharga. -
Kurangnya Keseimbangan Hidup
Gaya hidup yang terlalu fokus pada akademik sering mengorbankan waktu istirahat, aktivitas sosial, dan olahraga.
Menurut WHO (World Health Organization, 2023), stres yang tidak ditangani dengan baik dapat menurunkan daya tahan tubuh, memicu gangguan tidur, dan bahkan meningkatkan risiko depresi.
Dampak Tekanan Akademis terhadap Kesehatan
Tekanan akademis yang berlarut-larut bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan:
-
Gangguan Tidur dan Konsentrasi: sulit fokus saat belajar atau ujian.
-
Masalah Pencernaan: seperti maag dan gangguan asam lambung akibat stres kronis.
-
Masalah Psikologis: seperti kecemasan, depresi, dan burnout.
-
Penurunan Produktivitas Akademik: semakin stres, justru makin sulit berprestasi.
Kemenkes (2023) menyoroti bahwa gangguan mental akibat tekanan akademik kini menjadi salah satu penyebab utama menurunnya performa akademik di kalangan pelajar dan mahasiswa Indonesia.
Cara Mengatasi Tekanan Akademis
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan mental di tengah padatnya tuntutan akademis:
-
Manajemen Waktu yang Baik
Membuat jadwal belajar dan istirahat yang seimbang membantu menurunkan tekanan berlebih. -
Olahraga Rutin
Aktivitas fisik terbukti meningkatkan produksi endorfin yang membantu mengurangi stres. -
Tidur yang Cukup
Kurang tidur dapat memperburuk kecemasan dan menurunkan kemampuan berpikir. -
Mencari Dukungan Emosional
Bercerita dengan teman, keluarga, atau konselor bisa menjadi langkah awal untuk mengurai tekanan. -
Periksa Kesehatan Secara Berkala
Pemeriksaan rutin di laboratorium kesehatan seperti CITO dapat membantu mendeteksi efek fisik dari stres, seperti kadar hormon, gula darah, atau tekanan darah yang tidak stabil.
CITO Mendukung Kesehatan Mental & Fisik Generasi Produktif
Meski tidak secara langsung menangani masalah psikologis, Laboratorium CITO berkomitmen mendukung kesehatan masyarakat melalui edukasi dan pemeriksaan medis preventif. Dengan menjaga kesehatan fisik, kita juga membantu tubuh tetap kuat menghadapi tekanan emosional.
CITO percaya, kesehatan mental dan fisik adalah dua sisi mata uang yang saling melengkapi. Dengan memahami dan mengelola tekanan akademis secara bijak, generasi muda Indonesia bisa tumbuh menjadi individu yang sehat, tangguh, dan berdaya saing tinggi.
Tekanan Akademis
Tekanan akademis bukan hal sepele. Ia bisa menjadi batu loncatan menuju kedewasaan, namun juga bisa menjelma beban berat bila tak diimbangi dengan manajemen diri yang baik. Menjaga keseimbangan antara belajar, istirahat, dan kehidupan sosial adalah kunci untuk tetap sehat, baik secara mental maupun fisik.
Innovation For Happiness
Referensi
-
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Profil Kesehatan Indonesia 2023. Jakarta: Kemenkes RI.
-
World Health Organization (WHO). (2023). Mental Health and Well-being Among Students. Geneva: WHO.
-
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2024). Laporan Kesehatan Jiwa Remaja di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.
-
WHO. (2022). Stress and Mental Health in Youth. Geneva: WHO.