Bagaimana Kaitan Stress dengan GERD
Dalam menjalani aktivitas sehari-hari pasti bakal mendapati berbagai beban dan rintangan. Baik saat bekerja dalam perusahaan maupun sedang dalam studi (sekolah). Meskipun beban dalam keseharian itu adalah hal yang wajar, namun jika saat suatu waktu beban yang didapat terlampau berat, maka sering menimbulkan stress seperti anxiety. Anxiety merupakan respon dari stress yang sudah pasti pernah dialami oleh semua orang. Hal ini diakibatkan oleh berbagai beban yang didapat. Kondisi stress muncul di saat posisi yang tertekan dikarenakan pemikiran akan sesuatu yang tidak kunjung usai. Anxiety membuat adrenalin, kewaspadaan dan pikiran terus berjalan, hal ini juga sering membuat kesulitan untuk tidur. Bahkan anxiety juga bisa menimbulkan GERD (naiknya asam lambung).
Sebenarnya tidak hanya menimbulkan GERD, akibat dari stress juga dapat menimbulkan gejala lain yang dapat memunculkan suatu penyakit. GERD adalah kondisi kronis yang disebabkan oleh naiknya asam lambung ke kerongkongan dikarenakan oleh katup bawah antara kerongkongan dengan lambung tidak dapat menutup dengan sempurna. Diestimasikan sebesar 18-28% orang di Amerika Utara mengidap GERD, lalu sebesar 18,1% orang Amerika Serikat mempunyai anxiety disorder. Meskipun dua data tersebut terlihat tidak berkolerasi, namun beberapa riset mengatakan jika mungkin terdapat hubungan antara GERD dan stress (anxiety).
Baca juga: GERD (Asam Lambung), Pengertian, Gejala, Penyebab & Pencegahan
Belum Mendapati Bukti yang Linier
Terdapat studi pada tahun 2015, yang menemukan anxiety dan depresi dan meningkatkan risiko GERD dan studi lain mengatakan bahwa GERD memiliki efek negatif dalam kualitas kehidupan dengan menimbulkan anxiety dan depresi. Meski masih belum terdapat bukti secara scientific yang memperlihatkan hubungan yang positif, namun anxiety diyakini dapat menimbulkan rasa yang lebih sensitif terhadap penyakit, termasuk juga dengan GERD.
Anxiety dan tekanan psikologis lainnya juga dapat memengaruhi motilitas esofagus dan fungsi sfingter esofagus bawah. Motilitas esofagus mengacu pada kontraksi yang terjadi di kerongkongan untuk memindahkan makanan ke arah perut. GERD dan anxiety memiliki gejala yang berbeda, namun keduanya dapat memiliki keterikatan.
Gejala antara Stress (Anxiety) & GERD
Ketika kesulitan untuk tidur dikarenakan asam lambung yang naik (GERD yang kambuh), pasti juga menimbulkan rasa yang lebih sakit ketika berbaring. Hal ini akan menyulitkan untuk mendapatkan kualitas tidur yang baik. Anxiety akan muncul karena rasa takut dan cemas untuk mendapati kekambuhan oleh GERD saat tidur, maupun saat beraktivitas yang lainnya. Sama halnya ketika memiliki kecemasan yang terlalu dalam (anxiety), penyakit yang dimiliki oleh seseorang dapat lebih mudah untuk kambuh.
GERD biasanya menimbulkan gejala seperti berikut:
- Sakit pada bagian dada
- Kesulitan untuk menelan
- Regurgitasi dari cairan asam atau makanan
Sedangkan gejala yang dimunculkan oleh anxiety adalah seperti berikut:
- Merasa gelisah atau gugup yang mendalam
- Munculnya persaan akan terdapat hal buruk yang menimpa
- Detak jantung meningkat
- Sulit untuk fokus dan mengontrol pikiran kecemasan
- Kekhawatiran yang terlalu dalam
- Dada terasa sesak atau nyeri
Baca juga: Lelah Tapi Tidak Bisa Tidur & Badan Juga Capek, Apa Sebabnya?
Cara Mencegahnya Pada Kehidupan Sehari-hari
Meskipun belum terdapat riset yang memberikan pengertian antara koneksi dari GERD dan stress (anxiety), namun dapat dimengerti jika stress (anxiety) dapat memancing berbagai gejala penyakit untuk muncul yang berkolerasi dengan GERD. Kunjungi fasilitas kesehatan atau Dokter jika sudah mendapatkan gejala yang terus-menerus. Untuk hal yang dapat dilakukan dengan mandiri untuk menghindari munculnya GERD dan stress (anxiety) yaitu:
- Makan makanan sehat untuk diet
- Menghindari makanan yang dapat memancing asam lambung untuk naik
- Melakukan olahraga secara reguler
- Mencoba untuk melakukan hal untuk relaksasi, seperti meditasi, yoga, tai chi, dan lainnya
- Menghindari konsumsi kafein dan alkohol